🔊 *MATERI 02 - KONSEKUENSI SYAHADAT*
📆 Selasa, 18 Syawwal 1444 H/09 Mei, 2023 M
👤 Ustadz Muhammad Wasitho, Lc., M.A.
📝 Aqidah - Modul 01
🌐 https://madeenah.bimbinganislam.com/
•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•
MADEENAH...
Belajar Islam dasar, dengan pemahaman yang benar
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله رب العالمين الذي أنزل شريعة الإسلام هُدًى لِلنَّاسِ ورحمة للعالمين، أما بعد :
Ma'asyiral ikhawati wal-akhwat, kaum muslimin dan muslimat, yang semoga dirahmati dan diberkahi Allāh subhānahu wa ta'ala.
Kalau kita melihat kepada sejarah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, bagaimana Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengajarkan dan mendakwahkan Islam di tengah keluarga dan kerabatnya.
Bagaimana Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam bersemangat mengajak kaumnya untuk mengucapkan dua kalimat syahadat, mengucapkan kalimat tauhid, kalimat tahlil. Agar mereka menjadi muslim kemudian mukmin, agar mereka keluar dari kekafiran.
Sebagai contoh ketika paman Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam yang bernama Abu Thalib, Abu Thalib sangat besar perhatian dan kasih sayangnya kepada Nabi, beliau yang mengasuh Nabi, mendidik Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam sepeninggal orang tua dan kakeknya yang bernama Abdul Muthalib.
Abu Thalib betul-betul memelihara dan menyayangi keponakannya melebihi anak-anak kandungnya sendiri. Abu Thalib membela dan melindungi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dari gangguan orang-orang musyrikin Quraisy, bahkan Abu Thalib hati kecilnya meyakini (percaya) kebenaran agama Islam yang dibawa dan diajarkan oleh Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Namun sayang, beliau sakit kritis yang mengantarkan beliau kepada kematian, Rasulullah shallallāhu 'alayhi wa sallam menjenguk beliau (Abu Thalib) dan mengajari atau mengajak beliau (pamannya) agar mengucapkan syahadat lā ilāha illallāh (لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ).
يا عَمِّ قل لا إله إلا الله، كلمة وأُحَاجُّ لك بها عند الله
"Wahai paman, ucapkan olehmu kalimat lā ilāha illallāh (لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ) yaitu sebagai satu kalimat yang akan aku jadikan sebagai argumen (hujjah) di hadapan Allāh. (Engkau orang muslim, engkau orang mukmin berhak masuk Surga dan berhak selamat dari siksa Neraka.)"
Tetapi pada saat itu, Abu Thalib dijenguk oleh teman-teman dekatnya seperti Abu Jahal dan kawan-kawannya, maka Abu Jahal ketika melihat Abu Thalib diseru dan diajak oleh Rasulullah shallallāhu 'alayhi wa sallam untuk masuk Islam, mengucapkan kalimat tauhid Lā ilāha illallāh (لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ), Abu Jahal pun berusaha untuk menghalang-halangi Abu Thalib dari ucapan tersebut.
Maka Abu Jahal berkata kepada Abu Thalib,
يا أبا طالب أَتَرغَبُ عن ملة عبد المطلب
"Wahai Abu Thalib, apakah sekarang engkau tidak suka (engkau benci) terhadap agama Abdul Muthalib (bapakmu sendiri)? (Keyakinan dan tradisi ayahmu Abdul Muthalib dan nenek moyangmu (menyembah berhala, mengagungkan jin, dan lain sebagainya))."
Maka Nabi Muhammad mengulang kembali dakwah Tauhidnya.
يا عَمِّ قل لا إله إلا الله، كلمة وأُحَاجُّ لك بها عند الله
Kemudian Abu Jahal pun tidak mau diam (tidak mau kalah) diulangnya kembali ucapan,
يا أبا طالب أَتَرغَبُ عن ملة عبد المطلب
Maka terjadi tarik ulur antara dakwah tauhid dengan dakwah syirik, dakwah iman dengan dakwah kekafiran.
Lalu bagaimana sikap Abu Thalib?
Abu Thalib sangking bingungnya untuk menyambut dua seruan (dua ajakan) ajakan ponakan yang dia cintai dan ajakan teman lamanya yang sangat akrab (Abu Jahal).
Dakwah Islam dengan dakwah kekafiran, dakwah kauhid dengan dakwah syirik, maka Abu Thalib mengungkapkan apa yang diyakini oleh hati beliau.
Apa kata Abu Thalib, dalam sebuah bait syair?
وَلَقَـد عَلِمْتُ أَنَّ دِيـنَ مُحَمَّـدٍ مِنْ خَيْرِ أَدْيَـانِ البَرِيَّةِ لَوْلا مَسَبَّـةٍ أوْ الْمَلامَـةُ لَوَجَدتَني سَمحاً بِذاكَ مُبينا
"Sungguh aku telah mengetahui dan meyakini..."
Lihat! عَلِمْتُ (ilmu), jadi mengetahui dan meyakini.
"Sungguh aku telah mengetahui dan meyakini bahwasanya agama yang dibawa oleh Muhammad merupakan sebaik-baik agama bagi manusia..."
Lihat! Pernyataan yang jujur yang keluar dari hati Abu Thalib yang sangat tulus.
"Sungguh aku telah mengetahui dan meyakini bahwasa agama yang dibawa Muhammad (Islam) adalah sebaik-baik agama bagi manusia, kalau bukan karena takut dicaci maki, dikucilkan dan dicemoohkan oleh masyarakat (kaumnya), niscaya kalian mendapatkan diriku memeluk agama Islam."
Menerima dakwah tauhid, dakwah iman, masyaaAllāh!
Sampai akhirnya, ketika malaikat maut mencabut nyawa Abu Thalib, beliau dalam keadaan tidak sempat atau tidak bisa mengucapkan syahadat lā ilāha illallāh (لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ). Ia mati di atas kesyirikan dan kekafiran.
Maka _keyakinan dengan hatinya tentang kebenaran agama Islam_ , bahwa Allāh adalah satu-satunya sesembahan yang hak. Tidak bermanfaat! Kenapa? Karena, lisannya tidak mengucapkan dua kalimat syahadat.
Tadi dalam unsur yang pertama daripada unsur-unsur iman, _iman itu adalah mengucapkan dengan lisan._ Maka harus diucapkan dengan lisan tidak cukup dengan hati.
Sebaliknya orang munafik, lisannya rajin mengucapkan syahadat lā ilāha illallāh (لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ) Muhammad Rasulullāh (مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ), tapi hatinya tidak percaya, hatinya tidak yakin dengan kebenaran makna dan tuntutan syahadat lā ilāha illallāh (لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ), maka mereka pun diadzab oleh Allāh di dalam api neraka Jahannam secara kekal abadi.
Kemudian unsur iman yang ketiga وعمل بالأركان iman itu adalah _pengamalan dengan anggota badan._ Jadi ketika lisan sudah mengucapkan dua kalimat syahadat, kemudian hati telah meyakini, membenarkan makna dan konsekuensi dua kalimat syahadat. Anggota badan dari ujung rambut sampai ujung kaki harus siap melaksanakan apa yang menjadi tuntutan dan konsekuensi dua kalimat syahadat.
Tidak boleh berdiam diri atau cuek (lalai) terhadap konsekuensi dan tuntutan dua kalimat syahadat, karena ucapan syahadat Lā ilāha illallāh (لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ) yang telah diikrarkan dengan lisannya memiliki konsekuensi dan tuntutan, demikian pula dengan syahadat yang kedua
Muhammad Rasulullāh (مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ).
Apa konsekuensinya? Syahadat Lā ilāha illallāh (لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ) "Aku bersaksi bahwasanya tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allāh". Di sini ada dua konsekuensi, ada dua tuntutan.
⑴ Tuntutan yang pertama, yang wajib ditunaikan oleh seorang hamba yaitu عبادة الله وحده - Dia _wajib beribadah kepada Allāh saja_ , dia wajib menghambakan diri hanya kepada Allāh, dia wajib memberikan segala ketaatan hanya untuk Allāh bukan kepada selainnya.
⑵ Konsekuensi yang kedua daripada syahadat lā ilāha illallāh (لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ) adalah الكَفَرَ بما يُعْبَدُ من دون الله - _Wajib mengingkari segala sesembahan selain Allāh._ Apa saja yang disembah selain Allāh, apakah berupa tuhan matahari, tuhan patung dan berhala, tuhan api, tuhan dewa, tuhan kuburan maupun yang lainnya yang diagungkan dan dikeramatkan. Maka wajib dijauhi dan ditinggalkan serta diingkari.
Dan wajib diyakini, bahwa itu semua adalah tuhan yang bathil, sesembahan yang tidak berhak untuk dijadikan tuhan. Itu semua tuhan yang lemah, itu semua adalah makhluk ciptaan Allāh.
Demikian pelajaran kita pada pertemuan kali ini.
وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•
Tidak ada komentar:
Posting Komentar