Cari yang antum mau

Jumat, 23 Mei 2025

Syirik Dalam Nama & Sifat Allah Serta Contohnya Dalam Kehidupan

 


AqidahArtikelManhaj

Syirik Dalam Nama & Sifat Allah Serta Contohnya Dalam Kehidupan

Syirik Dalam Nama & Sifat Allah Serta Contohnya Dalam Kehidupan

Tauhid adalah inti ajaran Islam, yang terbagi menjadi tiga: 

  • Tauhid rububiyyah
  • Tauhid uluhiyyah, dan 
  • Tauhid asma’ wa sifat
  • Tauhid Rububiyyah (توحيد الربوبية)

Makna: Mengesakan Allah dalam perbuatan-perbuatan-Nya, seperti mencipta, memberi rezeki, mengatur, menghidupkan, mematikan, dan menguasai alam semesta.

Contoh:

  • Meyakini bahwa hanya Allah yang menciptakan langit dan bumi.
  • Hanya Allah yang mengatur rezeki dan kehidupan makhluk.

Dalil:

اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ

“Allāhu Khāliqu kulli shay’in wa huwa ‘alā kulli shay’in wakīl.”
Artinya: “Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia Maha Pemelihara atas segala sesuatu.”  (QS. Az-Zumar: 62)

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ۖ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ

“Qul man yarzuqukum mina as-samā’i wal-arḍi amman yamliku as-sam‘a wal-abṣār.”
Artinya: “Katakanlah: ‘Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang memiliki pendengaran dan penglihatan…?”  (QS. Yunus: 31)

  1. Tauhid Uluhiyyah (توحيد الألوهية) / Tauhid Ibadah

Makna: Mengesakan Allah dalam seluruh bentuk ibadah; hanya kepada Allah sajalah semua ibadah ditujukan.

Contoh:

  • Berdoa hanya kepada Allah, bukan kepada nabi atau wali.
  • Menyembelih kurban hanya untuk Allah.
  • Bersujud, bertawakal, berharap, dan takut hanya kepada Allah.

Dalil:

وَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَٰنُ الرَّحِيمُ

“Wa ilāhukum ilāhun wāḥid, lā ilāha illā huwa ar-Raḥmānu ar-Raḥīm.”
Artinya: “Dan Tuhan kalian adalah Tuhan yang Maha Esa, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”  (QS. Al-Baqarah: 163)

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Wa mā khalaqtu al-jinna wal-insa illā liya‘budūn.”
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah-Ku.”  (QS. Adz-Dzariyat: 56)

  1. Tauhid Asma’ wa Sifat (توحيد الأسماء والصفات)

Makna: Mengesakan Allah dalam nama-nama dan sifat-sifat-Nya, sebagaimana yang disebut dalam Al-Qur’an dan hadits yang shahih, tanpa tahrif (mengubah makna), ta’thil (menolak), takyif (menanyakan ‘bagaimana’), atau tamtsil (menyerupakan dengan makhluk).

Contoh:

  • Meyakini bahwa Allah Maha Mendengar (السميع), Maha Melihat (البصير), Maha Penyayang (الرحيم), sesuai dengan keagungan-Nya.
  • Tidak menyamakan sifat Allah dengan sifat makhluk.

Dalil:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

“Laysa kamitslihi shay’un wa huwa as-Samī‘u al-Baṣīr.”
Artinya: “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
(QS. Asy-Syura: 11)

وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا

“Wa lillāhi al-asmā’u al-ḥusnā fad‘ūhu bihā.”
Artinya: “Dan milik Allah-lah nama-nama yang terbaik, maka berdoalah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama itu.”  (QS. Al-A’raf: 180)

Ketiganya merupakan satu kesatuan utuh. Barang siapa menyimpang dari salah satunya, maka ia belum mewujudkan tauhid secara sempurna.

Salah satu bentuk penyimpangan paling halus namun sangat berbahaya adalah syirik dalam asma’ wa sifat, yaitu menyamakan Allah dengan makhluk-Nya dalam hal nama dan sifat, atau sebaliknya meniadakan sifat-sifat Allah yang telah Allah tetapkan bagi diri-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syura: 11)

Kita mengetahui bahwa asmaul husna (nama-nama Allah yang indah), sifat-sifat yang paling tinggi, kesempurnaan mutlak, dan keagungan yang sempurna hanya milik Allah semata.

Syirik dalam asma’ wa sifat memiliki patokan, yaitu menyamakan sifat-sifat Sang Pencipta dengan sifat-sifat makhluk. Nu’aim bin Hammad berkata:

مَن شَبَّهَ الخَالِقَ بِالْمَخْلُوقِ فَقَدْ كَفَرَ

“Barang siapa menyerupakan Sang Pencipta dengan makhluk, maka ia telah kafir.”

Maka patokannya adalah menyerupakan nama dengan nama, atau sifat dengan sifat.

Bentuk-Bentuk Syirik dalam Asma’ wa Sifat

1. Bentuk Kesyirikan Kaum Musyrikin

Kaum musyrikin jahiliyah dahulu menamai berhala-berhala mereka dengan nama-nama yang diambil dari nama-nama Allah, seperti:

  • “al-Lāt” dari kata “Allah” atau “ilāh”
  • “al-‘Uzzā” dari “al-‘Azīz”
  • “Manāt” dari “al-Mannān”

Ini adalah bentuk syirik dalam nama-nama Allah.

Sebagaimana dalam Al-Qur’an, Allah berfirman :

 وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ [الأعراف: 180] .

“Dan hanya milik Allah-lah nama-nama yang terbaik (asmaul husna), maka berdoalah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama itu, dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dalam (penggunaan) nama-nama-Nya. Mereka akan dibalas atas apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raf: 180)

Ibnu Jarir ath-Thabari ketika menjelaskan firman Allah : 

وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ

“Dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dalam nama-nama-Nya,”

Maksudnya adalah kaum musyrikin. Penyimpangan mereka terhadap nama-nama Allah adalah bahwa mereka mengalihkan nama-nama itu dari makna dan penggunaan yang benar. Mereka menamai sesembahan dan berhala-berhala mereka dengan nama-nama tersebut. Mereka menambahkan dan mengurangi dari nama-nama Allah.

Misalnya, mereka menamai sebagian berhala dengan “al-Lat” yang mereka ambil dari nama Allah; dan sebagian lagi mereka namai dengan “al-‘Uzza”, yang mereka ambil dari nama al-‘Aziz (Yang Maha Perkasa).1 (10/ 596).

Ini menunjukkan bentuk penyimpangan dalam asmaul husna, yaitu ketika nama-nama Allah digunakan tidak sebagaimana mestinya, atau diselewengkan penggunaannya hingga jatuh dalam perbuatan syirik.

Bentuk kesyirikan kelompok Musyabbihah

– Mereka mengatakan : Allah turun ke langit dunia sebagaimana kita turun dari ranjang ke lantai atau seperti kita turun dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah. Mahatinggi Allah dari apa yang mereka katakan. Ini adalah bentuk syirik dalam nama dan sifat Allah.

– Demikian pula ketika mereka mengatakan: “Allah tertawa, dan tertawanya Allah seperti tertawanya manusia.” Maka ini adalah syirik dalam sifat Allah, karena mereka telah menyerupakan sifat Allah dengan sifat makhluk.

– Mereka menetapkan bahwa Allah memiliki tangan, namun mengatakan bahwa tangan Allah seperti tangan makhluk — memiliki jari, ruas, dan sebagainya. Maka mereka telah menyerupakan tangan Sang Pencipta dengan tangan makhluk. Ini adalah syirik dalam sifat Allah yang merupakan kekufuran, karena mereka menyerupakan Sang Pencipta dengan makhluk.

Bentuk kesyirikan kelompok Jahmiyah dan turunannya.

Syirik dalam nama dan sifat Allah juga mencakup pengingkaran total atau sebagian.

– Pengingkaran total (Ta’thil Kulli) adalah meniadakan nama dan sifat sekaligus.

– Pengingkaran sebagian (Ta’thil Juz’i) adalah meniadakan sifat namun menetapkan nama.

Pengingkaran total adalah pendapat ekstrim dari kaum Jahmiyah yang mengatakan: “Allah tidak Mendengar dan tidak memiliki pendengaran, Allah tidak Melihat dan tidak memiliki penglihatan.” Maka mereka ini telah menyerupakan Allah dengan sesuatu yang tidak ada. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah -rahimahullah- menceritakan bahwa sebagian ulama dahulu berkata : 

الْمُعَطِّلُ يَعْبُدُ عَدَمًا وَالْمُمَثِّلُ يَعْبُدُ صَنَمًا

“Orang yang meniadakan (sifat Allah) seperti menyembah sesuatu yang tidak ada, sedangkan yang menyerupakan (Sifat Allah dengan Sifat makhluk) seperti menyembah berhala.” [Majmū‘ al-Fatāwā, 5/261]

Adapun kelompok Mu’tazilah, mereka meniadakan sifat namun tetap menetapkan nama. Ini pun merupakan salah satu bentuk syirik dalam asmaul husna dan sifat-sifat Allah yang Maha Tinggi.

Sehingga kelompok yang menyamakan Allah dengan makhluk atau yang menolak sifat Allah bertentangan dengan ayat

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syura: 11)

Nu’aim bin Hammad -rahimahullah- berkata :

(من شَبَّه اللهَ بخَلْقِه فقد كَفَر، ومن أنكَرَ ما وصَفَ به نَفْسَه فقد كَفَر، وليس ما وصَفَ اللهُ به نَفْسَه ولا رَسولُه تشبيهًا

“Siapa saja yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya, maka ia telah kafir; dan Barangsiapa mengingkari apa yang Allah sifatkan untuk diri-Nya, maka ia telah kafir. Dan apa yang Allah sifatkan untuk diri-Nya atau yang disifatkan oleh Rasul-Nya bukanlah penyerupaan.” [أخرجه الذهبي في2 (ص: 172]

Semoga artikel ini bermanfaat, barakallahufikum

Bersambung episode berikutnya….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Syirik Dalam Nama & Sifat Allah Serta Contohnya Dalam Kehidupan

   Beranda / Artikel Aqidah Artikel Manhaj Syirik Dalam Nama & Sifat Allah Serta Contohnya Dalam Kehidupan Bimbingan Islam 2 hours yang ...