๐ *MATERI 06 : TATA CARA ADZAN DAN IQOMAH*
๐ Senin, 08 Rabi'ul Akhir 1445 H/ 23 Oktober 2023 M
๐ค Ustadz Mu'tashim, Lc., M.A.
๐ Fiqih : Modul 02
๐ https://madeenah.bimbinganislam.com/
•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•
_MADEENAH..._
_Belajar Islam dasar, dengan pemahaman yang benar_
ุงูุณูุงู ุนูููู ูุฑุญู ุฉ ุงููู ูุจุฑูุงุชู
ุงูุญู ุฏ ููู ูุงูุตูุงุฉ ู ุงูุณูุงู ุนูู ุฑุณูู ุงููู ูุจุนุฏ
Maka pada pasal yang keempat ini, kita akan mempelajari tentang Sifat Adzan dan Iqamah
Bagaimana adzan dan iqamah tersebut. Hal ini tentunya akan mengacu kepada apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah _shallallahu 'alayhi wa sallam_, sebagaimana yang ada pada hadits Abi Mahdzurah, bahwa Nabi _shallallahu 'alayhi wa sallam_ mengajarkan kepada beliau tentang adzan.
Rasulullah mengajarkan kepada dirinya tentang tata cara bagaimana melakukan adzan.
Kemudian Rasulullah _shallallahu 'alayhi wa sallam_ mengatakan kepada Abu Mahdzurah (Rasulullah mengajarkan dengan dirinya sendiri kepada Abu Mahdzurah), _“Hendaknya kamu mengatakan:_
ุงَُّููู ุฃَْูุจَุฑُ ุงَُّููู ุฃَْูุจَุฑُ ุงَُّููู ุฃَْูุจَุฑُ ุงَُّููู ุฃَْูุจَุฑُ
ุฃَุดَْูุฏُ ุฃَْู ูุงَ ุฅََِูู ุฅِูุงَّ ุงَُّููู ุฃَุดَْูุฏُ ุฃَْู ูุงَ ุฅََِูู ุฅِูุงَّ ุงَُّููู
ุฃَุดَْูุฏُ ุฃََّู ู ُุญَู َّุฏًุง ุฑَุณُُูู ุงَِّููู ุฃَุดَْูุฏُ ุฃََّู ู ُุญَู َّุฏًุง ุฑَุณُُูู ุงَِّููู
ุญََّู ุนََูู ุงูุตَّูุงَุฉِ ุญََّู ุนََูู ุงูุตَّูุงَุฉِ
ุญََّู ุนََูู ุงَْูููุงَุญِ ุญََّู ุนََูู ุงَْูููุงَุญِ
ุงَُّููู ุฃَْูุจَุฑُ ุงَُّููู ุฃَْูุจَุฑُ
ูุงَ ุฅََِูู ุฅِูุงَّ ุงَُّููู
Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albaniy _rahimahullahu ta'ala_ dengan lafazh-lafazh yang telah diajarkan oleh Rasulullah _shallallahu 'alayhi wa sallam._
Ini sifat adzan yang telah diajarkan oleh Rasulullah _shallallahu 'alayhi wa sallam._
Lalu bagaimana dengan sifat iqamah?
Rasulullah _shallallahu 'alayhi wa sallam_ pun mengajarkan juga kepada para sahabat, di mana Rasulullah _shallallahu 'alayhi wa sallam_ mengatakan (mengajarkan) dengan lafazh berikut ini,
ุงููู ุฃูุจุฑ ุงููู ุฃูุจุฑ
ุฃุดูุฏ ุฃู ูุง ุฅูู ุฅูุง ุงููู
ุฃุดูุฏ ุฃู ู ุญู ุฏุงً ุฑุณูู ุงููู
ุญََّู ุนูู ุงูุตูุงุฉ
ุญََّู ุนูู ุงูููุงุญ
ูุฏ ูุงู ุช ุงูุตูุงุฉ ูุฏ ูุงู ุช ุงูุตูุงุฉ
ุงููู ุฃูุจุฑ ุงููู ุฃูุจุฑ
ูุง ุฅูู ุฅูุง ุงููู
Hal ini berdasarkan hadits Anas _radhiyallahu ta'ala 'anhu_ ketika dia mengatakan,
ูุงู : ุฃู ِุฑَ ุจِูุงٌَู ุฃَْู َูุดَْูุนَ ุงูุฃَุฐَุงَู َูุฃَْู ُููุชِุฑَ ุงูุฅَِูุงู َุฉَ ุฅِูุงَّ ุงูุฅَِูุงู َุฉَ
“Bahwa Bilal diperintahkan oleh Rasulullah _shallallahu 'alayhi wa sallam_ untuk menjadikan adzan itu dengan bilangan genap dan menjadikan iqamah itu dengan bilangan ganjil, kecuali pada kalimat ูุฏ ูุงู ุช ุงูุตูุงุฉ ูุฏ ูุงู ุช ุงูุตูุงุฉ pada iqamah.”
Artinya, kita lihat bisa membedakan antara adzan dan iqamah. Ketika di dalam adzan Rasulullah mengajarkan, ุงَُّููู ุฃَْูุจَุฑُ ุงَُّููู ุฃَْูุจَุฑُ kemudian ุงَُّููู ุฃَْูุจَุฑُ ุงَُّููู ุฃَْูุจَุฑُ, di sini digenapkan. Namun ketika iqamah maka Rasulullah _shallallahu 'alayhi wa sallam_ mengganjilkannya dengan mengatakan, ุงููู ุฃูุจุฑ ุงููู ุฃูุจุฑ cukup sekian, tidak diulang lagi sebagaimana adzan dengan mengatakan, ุงَُّููู ุฃَْูุจَุฑُ ุงَُّููู ุฃَْูุจَุฑُ ุงَُّููู ุฃَْูุจَุฑُ ุงَُّููู ุฃَْูุจَุฑُ, tidak pada iqamah. Sebagaimana yang sering kita dengar pada keseharian kita pada adzan dan iqamah.
Kemudian apakah adzan dan iqamah itu dilakukan dalam keadaan safar atau hanya dalam keadaan tidak safar? Maka disebutkan di dalam hadits bahwa Bilal melakukan adzan dan iqamah baik dalam keadaan safar ataupun tidak.
Karena Rasulullah _shallallahu 'alayhi wa sallam_ memerintahkan Bilal ketika Bilal menyertai Rasulullah _shallallahu 'alayhi wa sallam_ dalam keadaan safar, Rasulullah memerintahkan Bilal untuk adzan dan iqamah. Begitu pula ketika tidak dalam keadaan safar sampai Rasulullah _shallallahu 'alayhi wa sallam_ meninggal.
Kemudian ada hal yang perlu diperhatikan pula di antara sunnah yang ada ketika melakukan adzan subuh. Maka disunnahkan untuk membaca ุงَูุตََّูุงุฉُ ุฎَْูุฑٌ ู َِู ุงََّْูููู ِ sebanyak dua kali setelah muadzin membaca ุญٌَّู ุนََูู ุงَََْูููุงุญِ - ุญٌَّู ุนََูู ุงَََْูููุงุญِ. Kemudian muadzin membaca ุงَูุตََّูุงุฉُ ุฎَْูุฑٌ ู َِู ุงََّْูููู ِ-ุงَูุตََّูุงุฉُ ุฎَْูุฑٌ ู َِู ุงََّْูููู ِ sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Abu Mahdzurah bahwa Rasulullah _shallallahu 'alayhi wa sallam_ mengatakan kepadanya,
ุฅู ูุงู ูู ุฃุฐุงู ุงูุตุจุญ ููุช: ุงูุตูุงุฉ ุฎูุฑ ู ู ุงูููู
_"Apabila pada adzan subuh maka hendaknya kamu mengatakan ุงَูุตََّูุงุฉُ ุฎَْูุฑٌ ู َِู ุงََّْูููู ِ."_
Kemudian apakah ุงَูุตََّูุงุฉُ ุฎَْูุฑٌ ู َِู ุงََّْูููู ِ ini dibaca pada adzan pertama pada waktu subuh atau pada adzan yang kedua? Di sini ada khilaf yang terjadi di antara para ulama, sebagian para ulama merajihkan bahwa ุงَูุตََّูุงุฉُ ุฎَْูุฑٌ ู َِู ุงََّْูููู ِ dilakukan pada adzan yang pertama.
Sedangkan para ulama yang lainnya di antaranya apa yang dirajihkan oleh Syaikh bin Baz _rahimahullahu ta'ala_ dan sebagian mayoritas para ulama yang mengatakan bahwa ุงَูุตََّูุงุฉُ ุฎَْูุฑٌ ู َِู ุงََّْูููู ِ dibaca pada adzan yang kedua ketika akan diberlakukannya shalat dengan hadits-hadits yang membicarakan di dalam masalah ini.
_Wallahu ta'ala a'lamu bishshawab._
Semoga bermanfaat dengan apa yang kita bahas berkaitan dengan sifat adzan dan iqamah.
ุงูุณูุงู ุนูููู ูุฑุญู ุฉ ุงููู ูุจุฑูุงุชู
•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•
Tidak ada komentar:
Posting Komentar