Cari yang antum mau

Kamis, 29 September 2022

Mengapa doa Nabi Yunus mudah diijabahi


 💙💙💙


 دَعْوَةُ ذِى النُّونِ إِذْ دَعَا وَهُوَ فِى بَطْنِ الْحُوتِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّى كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ. فَإِنَّهُ لَمْ يَدْعُ بِهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ فِى شَىْءٍ قَطُّ إِلاَّ اسْتَجَابَ اللَّهُ لَهُ


“Doa Dzun Nuun (Nabi Yunus) ketika ia berdoa dalam perut ikan paus adalah: LAA ILAAHA ILLAA ANTA SUBHAANAKA INNII KUNTU MINAZH ZHAALIMIIN (Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk diantara orang-orang yang berbuat aniaya). Sesungguhnya tidaklah seorang muslim berdoa dengannya dalam suatu masalah melainkan Allah kabulkan baginya.”

(HR. Tirmidzi 3505)


Mengapa doa Nabi Yunus mudah diijabahi? Karena dalam do’a tersebut terdapat pengakuan pada ketauhidan Allah ‘azza wa jalla, pengakuan terhadap setiap dosa, kesalahan dan kezholiman yang diperbuat diri sendiri..🙏

Senin, 26 September 2022

Jika Imam Salah Dalam Sholat dan Bangkit ke Rakaat Kelima

Jika Imam Salah Dalam Sholat dan Bangkit ke Rakaat Kelima

Ada kasus: ketika shalat isya, imam bangkit ke rakaat kelima. Makmum sudah mengingatkan, tapi imam tetap lanjut. Apa yang harus dilakukan makmum?

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,

Mari kita simak beberapa fatwa ulama berikut,

Fatwa pertama,

Syaikhul Islam pernah ditanya, ada imam yang bangkit ke rakaat kelima, lalu makmum mengingatkannya dengan bertasbih. Tapi imam tidak merespon peringatan makmum. Dia yakin tidak lupa. Apakah makmum harus ikut berdiri bersama imam ataukah tidak?

Jawaban Syaikhul Islam,

إن قاموا معه جاهلين لم تبطل صلاتهم ، لكن مع العلم لا ينبغي لهم أن يتابعوه ، بل ينتظرونه حتى يسلم بهم ، أو يسلموا قبله ، والانتظار أحسن

Jika makmum ikut berdiri (ke rakaat kelima) bersama imam karena tidak tahu, maka shalatnya tidak batal. Namun jika dia tahu, dia tidak boleh untuk mengikuti imam. Yang dia lakukan adalah menunggu imam, sampai imam salam bersama mereka. Atau dia bisa salam sebelum imam. Akan tetapi, menunggu lebih bagus.

(Majmu’ al-Fatawa, 23/53)

Fatwa kedua,

Fatwa Lajnah Daimah tentang kasus imam lupa, menambahkan jumlah rakaat shalat,

وأما المأموم الذي تيقن أن الإمام زاد ركعة – مثلا- فلا يجوز له أن يتابعه عليها، وإذا تابعه عالماً بالزيادة، وعالماً بأنه لا تجوز المتابعة بطلت صلاته .أما من لم يعلم أنها زائدة فإنه يتابعه، وكذلك من لا يعلم الحكم

Makmum yang yakin bahwa imam menambahkan jumlah rakaat shalatnya, maka makmum tidak boleh mengikuti imam. Jika dia



Referensi: https://konsultasisyariah.com/23971-jika-imam-bangkit-ke-rakaat-kelima.html

 tetap mengikuti padahal dia tahu itu rakaatnya kelebihan, dan dia juga tahu bahwa dalam kasus ini tidak boleh mengikuti imam, maka shalatnya batal. Akan tetapi bagi mereka yang tidak tahu bahwa itu tambahan, maka dia bisa mengikuti imam. Demikian pula mereka yang tidak tahu hukumnya bahwa itu dilarang.

(Majmu’ Fatawa Lajnah Daimah, 7/128)

Dalam fatwanya yang lain, Lajnah Daimah juga mengatakan,

من علم من المأمومين أن إمامه قام ليأتي بركعة زائدة كخامسة في الصلاة الرباعية سبح له، فإن رجع فبها، وإلا جلس وانتظر الإمام حتى يسلم بسلامه

Makmum yang mengetahui bahwa imam menambahi rakaat shalat, misalnya bangkit ke rakaat kelima, maka dia harus membaca tasbih. Jika imam kembali (duduk tasyahud), itu yang diharapkan. Jika imam tidak duduk, dia bisa menunggu imam (dengan duduk tasyahud), kemudian salam bersama imam.

(Majmu’ Fatawa Lajnah Daimah, 7/132)

Allahu a’lam

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)



Referensi: https://konsultasisyariah.com/23971-jika-imam-bangkit-ke-rakaat-kelima.html

Jumat, 23 September 2022

DOA PENJAGAAN DIRI KETIKA KELUAR RUMAH 

 🔊 _*DOA PENJAGAAN DIRI KETIKA KELUAR RUMAH | Hadist #62*_

📗 _*Fawaid Hadist Bimbingan Islam*_


•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•


عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ: رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ قَالَ- يَعْنِي إِذَا خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ: بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ، يُقَالُ لَهُ: هُدِيْتَ وَكُفِيتَ وَوُقِيتَ، وَتَنَحَّى عَنْهُ الشَّيْطَانُ 

 

_Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:_

 

_"Barangsiapa yang keluar dari rumahnya seraya berdoa:_

 

_"Bismillāhi Tawakkaltu 'alallāhi lā haula wa lā quwwata illā billāh.”_

 

_Yang artinya: “Dengan menyebut nama Allah, aku bertawakal kepada Allah, tidak ada daya dan tidak ada upaya (kekuatan) kecuali hanya milik Allah.”_

 

_Maka saat itu akan dikatakan kepadanya, “Engkau telah diberi hidayah, telah dicukupi, dan telah diberi penjagaan, hingga para setan menjauhinya.”_

 

_(HR. Abu Dawud, no. 5095. At-Tirmidzi, no. 3426. Dan lainnya, dinilai Shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Tirmidzi no. 2724)_

 

•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•

 

📝 _*FAEDAH HADIST*_

 

*1️⃣* Kemuliaan dan keutamaan tawakal kepada Allah Ta’ala dan hanya berserah diri pada-Nya, karena siapa saja yang meminta keselamatan pada Allah Yang Mahapengasih dan memohon perlindungan-Nya, maka ia akan dijaga dari tipu daya setan.

 

*2️⃣* Tiada daya dan upaya bagi seorang hamba pada penyelesaian dan kelancaran semua urusannya, baik itu persoalan yang detail maupun masalah besar, kecuali hanya dengan pertolongan Allah Ta’ala dan Kemurahan-Nya yang Maha luas.

 

*3️⃣* Pertolongan dan penjagaan Allah Yang Maha Kuasa bagi orang-orang beriman dari was-was dan godaan setan.

 

*4️⃣* Lemahnya godaan dan gangguan setan bagi orang-orang beriman yang telah mendapat penjagaan sempurna dan perlindungan dari Allah Ta’ala.

 

*5️⃣* Penjelasan tentang setan dan bala tentaranya yang selalu berusaha menyesatkan para hamba dari jalan yang lurus.

 

*6️⃣* Anjuran untuk membaca doa ini dengan penuh keyakinan tatkala keluar dari rumah, ini adalah doa yang ampuh untuk penjagaan diri dari segala gangguan setan dan para pengikutnya serta perlindungan dari berbagai bisikan-bisikan jahatnya.

 

Wallahu Ta’ala A’lam.

 

_*Referensi:* Syarah Shahih Muslim oleh Imam Nawawi, Syarah Riyadhus Shalihin karya Syaikh Shalih al Utsaimin dan Kitab Bahjatun Naadziriin Syarh Riyaadhish Shaalihiin karya Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilaliy._

 

👤 Ustadz Fadly Gugul S.Ag

✒️ _Yogyakarta, 26 Shofar 1444H / 23 September 2022M_

 

🌍 https://bimbinganislam.com/fawaid-hadist-62-doa-penjagaan-diri-ketika-keluar-rumah/

Jumat, 16 September 2022

DO'A SETELAH WUDHU

 _⑻ Berdoa, tentunya dengan doa yang warid yang datang dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam._


Apa doanya? Ada doa yang diriwayatkan oleh Muslim juga tambahan dari At-Tirmidzi yaitu: 

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ 

Itu adalah doanya dan hendaknya kita berusaha untuk mempraktikkan dan membaca doa ini karena dikatakan di dalam hadīts ini,

 _"Barangsiapa yang membaca doa tersebut setelah berwudhu maka akan dibukakan baginya pintu-pintu surga yang delapan, yang dia dipersilakan untuk masuk dari pintu manapun."_

Demikian, sahabat Bimbingan Islam semoga yang kami sampaikan bermanfaat, juga insyaAllāh mudah-mudahan bisa kita praktikan secara maksimal.

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد إن لا إله إلا أنت استغفرك وأتوب إليك، و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 
____________________

KEMULIAAN ZIKIR “HASBUNALLAH WA NI’MAL WAKIIL” | Hadist #57

 🔊 *_KEMULIAAN ZIKIR “HASBUNALLAH WA NI’MAL WAKIIL” | Hadist #57_*

📗 _*Fawaid Hadist Bimbingan Islam*_


•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•

 

عن ابْنِ عَبَّاس رضي اللَّه عنهما قال : «حسْبُنَا اللَّهُ ونِعْمَ الْوكِيلُ قَالَهَا إبْراهِيمُ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم حينَ أُلْقِى في النَّارِ ، وَقاالهَا مُحمَّدٌ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم حيِنَ قَالُوا: «إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إيماناً وقَالُوا : حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوكِيلُ »

 

وفي رواية له عن ابْنِ عَبَّاسٍ رضي اللَّه عنهما قال : « كَانَ آخِرَ قَوْل إبْراهِيمَ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم حِينَ ألْقِي في النَّارِ « حسْبي اللَّهُ و وَنِعمَ الْوَكِيلُ » .

 

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma, ia berkata bahwa “hasbunallah wa ni’mal wakiil” adalah perkataan Nabi ‘Ibrahim ‘alaihis salaam ketika beliau dilemparkan ke dalam api. Sedangkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan kalimat tersebut dalam ayat,

 

إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ

 

_"Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,” maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung”._


(HR. Bukhari no. 4563)

 

Dalam riwayat Bukhari pula dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata : Ucapan Nabi Ibrahim yang terakhir sekali ketika beliau dilemparkan ke dalam api yaitu: Hasbiallah wa ni’mal wakil artinya: _“Cukuplah Allah itu sebagai penolongku dan Dia adalah sebaik-baik pelindung.”_

 

•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•

 

📝 _*FAEDAH HADIST*_

 

*1️⃣* Kalimat zikir “Hasbunallah wa Ni’mal Wakiil” termasuk dzikir sederhana, namun mengandung makna yang luar biasa. Dzikir ini menandakan tentang keutamaan dan kemuliaan bertawakal dan petingnya hal ini bagi setiap hamba, yaitu ia hanya bertawakal pada Allah Ta’ala, pasrah pada-Nya, dan menjadikan-Nya sebagai tempat bersandar dalam segala urusan, lebih lagi dalam masalah pelik dan susah.

 

*2️⃣* Mengambil pelajaran berharga dan contoh yang sangat baik dari para Rasul yang dekat dengan Allah Ta’ala, bagaimana mereka menghadapi keadaan dan situasi yang sangat sulit dan berbahaya di dunia ini dengan doa dan bertawakal pada Allah Ta’ala. Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad ‘alaihimus shalatu was salam adalah khalilurranman (kekasih Allah ‘Azza wa Jalla), mereka adalah utusan terbaik dan paling berat cobaannya dari sekian para Nabi.

 

*3️⃣* Petunjuk dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada para sahabatnya agar mereka rujuk (kembali) pada Allah Ta’ala, bersandar pada-Nya, sadar bahwa tidak ada daya dan kekuatan melainkan dari-Nya. Kalimat “hasbunallah” adalah tanda bahwa hamba benar-benar butuh pada Allah Yang Mahapemurah dan itu sudah amat pasti. Lalu tidak ada keselamatan kecuali dari dan dengan pertolongan Allah Ta’ala. Tidak ada tempat berlari kecuali pada Allah Yang Mahakuasa.

 

*4️⃣* Info sangat penting bahwa musuh-musuh para Rasul selalu berusaha mendatangkan gangguan dan bahaya dalam jalan dakwah, juga tentunya hal ini akan berimbas kuat pada para pengikut setia para Nabi, ini adalah sunnatullah bahwa kebenaran dan kebatilan tidak akan bergandengan dan selalu bertentangan sejak dulu kala sampai hari kiamat.

 

Wallahu Ta’ala A’lam.

 

 *Referensi:* Syarah Riyadhus Shalihin karya Syaikh Shalih al Utsaimin rahimahullah dan Kitab Bahjatun Naadziriin Syarh Riyaadhish Sholihiin karya Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilaliy.

 

👤 Ustadz Fadly Gugul S.Ag

✒️ _Yogyakarta, 19 Shofar 1444H / 16 September 2022M_

 

🌍 https://bimbinganislam.com/fawaid-hadist-57-kemuliaan-zikir-hasbunallah-wa-nimal-wakiil/

Kamis, 15 September 2022

SYARAT-SYARAT DITERIMANYA IBADAH

 🌍 BimbinganIslam.Com

📆 Selasa, 02 Shofar 1444 H / 30 Agustus 2022 M

👤 Ustadz Mu'tashim, Lc, M.A Hafizhahullāh 

📗 Kitāb Ushulul Iman Karya Kumpulan Para Ulama

🔊 Halaqoh 10 : Syarat-syarat Diterimanya Ibadahh 

〰〰〰〰〰〰〰


*SYARAT-SYARAT DITERIMANYA IBADAH*


بسم الله الرحمن الرحيم 

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته


Para sahabat Bimbingan Islam yang berbahagia.

Pada pertemuan sebelumnya kita telah membicarakan tentang makna ibadah dan rukun, pilar atau pondasi yang menjadikan ibadah itu terbangun menjadi ibadah yang baik dan benar sesuai dengan apa yang diinginkan Allāh dan Rasul-Nya.


Pada pertemuan kali ini kita mencoba membicarakan tentang syarat diterimanya ibadah. 

Kita paham bahwa di dalam kita beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla adalah sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Karena kita tidak pernah bertemu dengan Allāh, kita tidak mengetahui maksud atau bagaimana Allāh Subhānahu wa Ta'āla ridha dengan apa yang kita lakukan kecuali melalui apa yang telah diberitahukan oleh Rasul-Nya (shollallāhu 'alayhi wa sallam).


Sehingga bagaimana kita beribadah kepada Allāh tidak hanya sesuai dengan apa yang kita inginkan, tetapi tentunya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Karena kita sedang mengharap pahala dan keridhoan dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla bukan hanya kita menjalankan ibadah atau suatu amalan tanpa kita tahu apakah ibadah atau amalan ini diridhai oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.


Karenanya di dalam kita beribadah, keinginan kita adalah mendapatkan ridha dan pahala dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla, maka Allāh dan Rasul-Nya telah menunjukkan di dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah mengenai sifat dan ciri dari ibadah yang diterima Allāh Subhānahu wa Ta'āla.


Para ulama menyebutkan bahwa ibadah tidaklah diterima kecuali dengan dua syarat: 


الإخلاص فيها للمعبود


_⑴ Ikhlas karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla._


Ketika kita beribadah maka niat kita, keinginan kita, tujuan kita, hanya kita tujukan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Sebagaimana yang telah Allāh Subhānahu wa Ta'āla firmaknkan di dalam surat Al-Bayyinah ayat 5.


Allāh Ta'āla berfirman:


وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ ......


_"Dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali  hanya untuk beribadah kepada Allāh dengan penuh keikhlasan dalam menjalankan apa yang diperintahkan di dalam agama ini."_


Dan banyak dalil-dalil lain mengenai perintah untuk berbuat ikhlas di dalam beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.


Ini juga sangat penting bagi kita yaitu:


المتابعة للرسول صلى الله عليه وسلم


_⑵ Mengikuti apa yang telah diajarkan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sebagaimana telah kita jelaskan, bahwa kita tidak tahu keinginan Allāh kecuali melalui apa-apa yang telah disampaikan oleh Rasūlullāh shollallāhu 'alayhi wa sallam.


Bagaimana kita menginginkan pahala dan keridhoan dari Allāh namun caranya dengan cara kita? Tanpa kita mencoba untuk menyerasikan dengan apa yang telah diajarkan dan dilakukan oleh Rasūlullāh shollallāhu 'alayhi wa sallam. 


Sehingga ketika kita beribadah, mau tidak mau kita harus mencontoh dan melihat apa yang telah diajarkan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sebagaimana yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla firmankan di dalam surat Al-Hasyr ayat 7.


Allāh Ta'āla berfirman: 


 وَمَآ ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمۡ عَنۡهُ فَٱنتَهُواْۚ 


_"Dan apa-apa yang telah datang dari Rosul dan diajarkan kepada kalian maka ambillah dan apa yang dilarang oleh Rasul atas kalian maka hentikanlah."_


Dan juga apa yang Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sabdakan di dalam hadīts yang shohīh, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: 


مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رد


_"Barangsiapa membuat sesuatu yang baru dalam perkara agama, yang tidak diajarkan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam maka amalan tersebut tertolak."_


(HR. Al-Bukhāri dan Muslim).


Ini Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam yang mengatakan bukan kita, karena Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sayang kepada kita, sehingga Beliau menuntunkan kita, menunjukkan kepada kita bagaimana cara beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 


Kemudian apa yang dikatakan oleh Fudhail ibnu Iyādh ketika menafsirkan ayat yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla katakan di dalam surat Hūd ayat 7 dan Al-Mulk ayat 2.


 لِيَبۡلُوَكُمۡ أَيُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلٗاۗ


_"Untuk menguji kalian siapakah di antara kalian yang terbaik amalannya."_


Beliau mengatakan: أخلص وأصوابه yang paling ikhlas dan yang paling benar. Ikhlasnya kepada Allāh dan benarnya mengikuti apa-apa yang telah dicontohkan oleh Rasūlullāh shollallāhu 'alayhi wa sallam.

 

Sehingga dikatakan kepadanya: 


يا أبا علي، وما أخلص وأصوبه؟ 

 

"Wahai Aba Ali, apa yang dimaksud dengan paling ikhlasnya dan paling benarnya?"


Maka Fudhail ibnu Iyādh mengatakan: 


إن العمل إذا كان خالصا ولم يكن صوابا لم يقبـل


_"Sesungguhnya amalan apabila ikhlas namun tidak benar tidak sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasūlullāh maka amalan tersebut tidak diterima."_


Ini yang membicarakan para ulama, dan menjelaskan dalam masalah ini, 


وإذا كان صوابا ولم يكن خالصا لم يقبل حتى يكون خالصا صوابا


_"Dan apabila amalan itu benar namun dia tidak ikhlas, maka amalan tersebut tidak diterima sampai amalan tersebut dilakukan dengan cara ikhlas dan benar sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam."_


والخالص مـا كان لله  والصواب ما كان على السنة 


_"Ikhlas yang dipersembahkan hanya untuk Allāh dan yang dimaksud dengan benar adalah apa yang telah ditunjukkan di dalam Sunnah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam."_


Sehingga jelas di sini bahwa di dalam kita beribadah tidak perlu kita kreatif dan sembarangan, kita tinggal mencontoh apa yang telah diajarkan oleh Allāh dan Rasul-Nya, maka cukup bagi kita.


Karenanya kita berharap agar Allāh menjadikan kita bagian dari hamba-hamba yang menjalankan amal ibadah yang diterima oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang dilandasi keikhlasan dan contoh (ajaran) dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.


Semoga bermanfaat.

Wallāhu Ta'āla A'lam wa Bisshowaab.


والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته 


____________________

MAKNA IBADAH DAN RUKUN-RUKUNNYA

 🌍 BimbinganIslam.Com

📆 Senin, 01 Shofar 1444 H / 29 Agustus 2022 M

👤 Ustadz Mu'tashim, Lc, M.A Hafizhahullāh 

📗 Kitāb Ushulul Iman Karya Kumpulan Para Ulama

🔊 Halaqoh 09:  Makna Ibadah dan Rukun-Rukunnya

〰〰〰〰〰〰〰


*MAKNA IBADAH DAN RUKUN-RUKUNNYA*


بسم الله الرحمن الرحيم 

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته


Para sahabat Bimbingan Islam hamba Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang berbahagia.

Sebelumnya, kita mempelajari urgensi tauhid uluhiyyah yaitu untuk menyembah hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, untuk beribadah hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 


Dalam pertemuan ini kita mencoba memahami makna dari ibadah dan rukun-rukun ibadah, sehingga kita bisa menata kehidupan kita, bagaimana kita beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla? 


Karena kita paham bahwa tidaklah Allāh menciptakan kita (manusia) kecuali untuk beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 


Kata ibadah secara bahasa bermakna: الذل والخضوع , penghinaan diri dan perendahan diri. Sehingga seorang hamba adalah orang yang hina, yang merendahkan dirinya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 


Tidaklah kita merendahkan diri kita,  tidaklah kita menghinakan diri kita, kecuali hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 


Kemudian, makna ibadah secara umum perlu kita pahami, agar kita tidak salah paham dan pemahaman kita tidak terbatas dengan ritual dan amalan-amalan tertentu saja. Oleh karena itu kita perlu memahami apa itu ibadah.


Ibadah sebagaimana dikatakan oleh Syaikhul Islam ibnu Taimiyyah rahimahullāhu ta'āla dan disebutkan juga di dalam kitab ini:


العبادة هي اسم جامع لكل مايحبه الله ويرضاه من الأقوال والاعمال الظاهرة والباطنة 


_Ibadah adalah segala sesuatu yang Allāh cintai dan ridhai baik dari perkataan, amalan-amalan yang tampak maupun yang tidak tampak._


Yang terlihat oleh kasat mata maupun tidak terlihat yaitu dari sisi bathiniyah kita, seperti niat kita dan sebagainya. Apabila semua itu dicintai dan diridhai oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla maka itu adalah ibadah. 


Sehingga ibadah tidak hanya terbatas dalam masalah shalat, puasa, zakat. Namun gerak-gerik kita, ketika kita meyakini bahwa ini semua adalah sesuatu yang diridhai dan dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla maka pada hakikatnya kita sedang melakukan ibadah.


Kemudian ada macam-macam Ibadah yang nanti insyaAllāh akan kita sebutkan pada pertemuan-pertemuan selanjutnya. Baik itu ibadah secara umum, yang tadi dijelaskan, ataupun ibadah secara khusus yang memang harus berdasarkan dalil dan tata-cara yang sudah dituntunkan oleh Allāh dan Rasul-Nya.


Kita paham bahwa ada beberapa rukun atau pondasi dan bangunan yang membentuk ibadah tersebut, sehingga ibadah tersebut bisa dikatakan ibadah. Ada tiga rukun yang disebutkan di dalam kitab ini.


Rukun dari ibadah adalah:


كمال الحب للمعبود سبحانه


_⑴ Kesempurnaan kecintaan dia kepada Dzat yang disembah (Allāh Subhānahu wa Ta'āla)._


Sehingga ketika seseorang beribadah maka hendaknya dia pun cinta kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 


Sebagaimana firman Allāh:


وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَشَدُّ حُبّٗا لِّلَّه


_"Dan orang-orang yang beriman kecintaannya kepada Allāh sangatlah besar."_ (QS. Al Baqarah: 165).


كمال الرجاء


_⑵ Harapan yang penuh kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla._


Ketika dia beribadah kepada Allāh maka ada harapan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Sehingga di dalam setiap amalannya dia berharap Allāh cinta, Allāh ridha dan Allāh akan memberikan pahala kepadanya.


Sebagaimana firman Allāh:


وَيَرۡجُونَ رَحۡمَتَهُۥ


_"Dan orang-orang yang beriman dia akan mengharap rahmat Allāh Subhānahu wa Ta'āla."_ (QS. Al Isrā: 57).


كمال الخوف من الله سبحانه


_⑶ Kesempurnaan, totalitasnya dalam takutnya dia kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla._


Maka ketika dia beribadah kepada Allāh, dia takut seandainya ibadahnya berkurang atau seandainya dia melakukan ibadah dengan asal-asalan atau bahkan ketika dia tidak menjalankan ibadah dengan cara yang benar atau meninggalkannya. Dia takut dengan adzab Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 


Sebagaimana firman Allāh:


وَيَخَافُونَ عَذَابَهُۥٓۚ


_"Dan orang-orang yang beriman (mereka) senantiasa takut terhadap adzab Allāh Subhānahu wa Ta'āla."_ (QS. Al Isrā: 57).


Dan disebutkan dalam ayat-ayat lain juga mengenai rukun ini. 


Karenanya, kita mencoba untuk memasukkan rukun atau pondasi tersebut di dalam kita beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.


Kita cinta ketika kita beribadah, tidak dalam keadaan marah atau terpaksa dan sebagainya. Kemudian kita pun harus berharap kepada Allāh di samping kita pun ada ketakutan seandainya kita tidak bisa menjalankan ibadah ini dengan cara yang benar.


Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjadikan kehidupan kita terus menerus berisikan ibadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Sehingga kita bisa menjalankan misi dan tujuan dari kehidupan manusia (beribadah hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla).


Wallāhu Ta'āla A'lam Bisshowaab.


Semoga bermanfaat.


والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته 


____________________

MENINGGALKAN YANG MERAGUKAN PIILIH YANG MEYAKINKAN

 📗 _*Fawaid Hadist Bimbingan Islam*_

🔊 _*Hadist #42 | MENINGGALKAN YANG MERAGUKAN PIILIH YANG MEYAKINKAN*_

 

 •┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•


عَنْ أَبِي مُحَمَّدٍ الحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ سِبْطِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَيْحَانَتِهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: حَفِظْتُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعْ مَا يَرِيْبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيْبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ


Dari Abu Muhammad Al-Hasan bin ‘Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kesayangannya radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, 

_“Aku hafal (sebuah hadits) dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Tinggalkanlah yang meragukanmu lalu ambillah yang tidak meragukanmu. Karena sesungguhnya kejujuran mendatangkan ketenangan dan sesungguhnya kebohongan mendatangkan keraguan."_


(HR. Tirmidzi, no. 2518; An-Nasa’i, no. 5711, dan lainnya dengan sanad shahih).


•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•

 

📝 _*FAEDAH HADIST*_

 

1️⃣ Hadits ini memiliki kandungan yang luas dan banyak pelajaran penting. Terutama tentang tarkus syubuhat (ترك الشبهات), meninggalkan syubhat. Karena Agama Islam tidak menghendaki umatnya memiliki perasaan ragu dan bimbang.


2️⃣ Siapa saja yang menginginkan ketenangan dan ketentraman, tinggalkanlah keraguan dan buang jauh-jauh, terutama setelah selesai melaksanakan suatu ibadah sehingga engkau tidak merasa gelisah.


3️⃣ Hadits ini memuat salah satu dasar dan kaidah yang besar dalam Islam, khususnya dalam dunia fiqih. Keyakinan tidak bisa dikalahkan oleh keraguan dan kesamaran, sebagaimana kepastian dari sebuah fakta tidak bisa dianulir dari asumsi akal manusia. Oleh karena itu para ulama membuat sebuah kaidah ushul:


اليقين لا يزال بالشك


_“Keyakinan tidak bisa dikalahkan oleh keraguan.” (Imam As Suyuthi, Al Asybah wan Nazhair, Kaidah No. 12)._


4️⃣ Penjelasan agar kita diam terhadap perkara syubhat dan meninggalkannya. Kalau sesuatu yang halal tentu akan mendatangkan ketenangan, sedangkan sesuatu yang syubhat mendatangkan keragu-raguan. 


5️⃣ Bentuk wara’ adalah meninggalkan sesuatu yang ragu-ragu lalu mengambil yang tidak meragukan. Bagi seorang muslim hendaknya beramal berdasarkan keyakinan, berjalan di atas keyakinan, menerima dan menolak dengan keyakinan pula, Dasar dari keyakinan adalah ilmu. 

Ada pun keraguan dan persangkaan lemah tidaklah membawa sedikit pun pada kebenaran.


Allah Ta’ala berfirman;


إِنَّ الظَّنَّ لا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا


_“Sesungghnya persangkaan itu tidaklah sedikit pun membawa pada kebenaran ..” (QS. Yunus (10): 36)._


6️⃣ Sebagian ulama berdalil dengan hadits ini bahwa keluar dari perselisihan ulama itu lebih utama 


7️⃣ Meninggalkan dusta dan terus menjaga kejujuran akan membawa ketenangan, sedangkan dusta selalu membawa pada keragu-raguan.


Wallahu Ta’ala A’lam.

 

*Referensi:* Syarah Riyadhus Shalihin karya Syaikh Shalih al Utsaimin rahimahullah dan Kitab Bahjatun Naadziriin Syarh Riyaadhish Sholihiin karya Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilaliy.

 

👤 Ustadz Fadly Gugul S.Ag

✒️ _Yogyakarta, 28 Muharram 1444H / 26 Agustus 2022M_


🌍 https://bimbinganislam.com/fawaid-hadist-42-meninggalkan-yang-meragukan-pilih-yang-meyakinkan/

Urgensi Tauhid Uluhiyyah 

 🌍 BimbinganIslam.Com

📆 Jum'at, 28 Muharram 1444 H / 26 Agustus 2022 M

👤 Ustadz Mu'tashim, Lc, M.A Hafizhohullāh 

📗 Kitāb Ushulul Imam Karya Kumpulan Para Ulama

🔊 Halaqoh 08:  Urgensi Tauhid Uluhiyyah 

〰〰〰〰〰〰〰


*URGENSI TAUHID ULUHIYYAH*


بسم الله الرحمن الرحيم 

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Para sahabat Bimbingan Islam yang berbahagia.

Pada pertemuan ini (insya Allāh) kita akan membicarakan tentang Urgensi Tauhid Uluhiyyah, setelah kita membicarakan tentang pengertian Tauhid Uluhiyyah kemudian dalil-dalil yang terkait dengan Tauhid Uluhiyyah, maka kita mencoba untuk sedikit memahami tentang pentingnya Tauhid Uluhiyyah bagi seorang muslim.


Dan kita ketahui bahwa Tauhid Uluhiyyah adalah paling utama (dasar) di dalam kita beraqidah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla (beriman kepada Allāh). Bagaimana kita memposisikan kita sebagai hamba Allāh Subhānahu wa Ta'āla dalam beribadah kepada Allāh. 


Karenanya Tauhid Uluhiyyah ini yang berkaitan dengan amalan seorang hamba untuk membuktikan keyakinannya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, disebut juga Tauhid Al-'Ubudiyyah. Bagaimana seorang hamba beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.


Karenanya Tauhid Uluhiyyah ini paling utama, paling dasar untuk kebaikan seorang manusia, dan Tauhid Uluhiyyah ini adalah dasar dan hikmah paling utama, di antara Allāh menciptakan jin dan manusia, karena tidaklah Allāh menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.


Dan dengan Tauhid Uluhiyyah ini Allāh Subhānahu wa Ta'āla menciptakan makhluk-makhluk-Nya dan mensyari'atkan syari'at (hukum-hukum) kepada manusia, sehingga dengan bagaimana ibadahnya seorang hamba ini, maka akan menjadi baik atau tidaknya dia kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan juga di dalam kehidupannya.


Sehingga apabila Tauhid Uluhiyyah ini hilang maka kerusakan dan kejahatan di dalam kehidupannya akan ada. Karenanya di sini bagaimana para rasul Allāh Allāh Subhānahu wa Ta'āla ketika berdakwah kepada umatnya yang diperhatikan adalah Tauhid Uluhiyyah ini.


Karena Tauhid Uluhiyyah adalah dasar, pondasi dakwah para rasul, sebagaimana yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla sebutkan di dalam surat An-Nahl ayat 36.

Allāh Ta'āla berfirman: 


وَلَقَدۡ بَعَثۡنَا فِي كُلِّ أُمَّةٖ رَّسُولًا أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُواْ ٱلطَّٰغُوتَۖ


_"Dan kami telah utus dalam setiap umat para rasul supaya mereka menyuruh umatnya agar menyembah Allāh dan menjauhi thaghut (sesembahan-sesembahan selain Allāh)."_


Sangat jelas sekali bahwa para rasul tidaklah diutus kecuali untuk menekankan pondasi bagaimana manusia beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 


Para sahabat Bimbingan Islam yang berbahagia.


Sebagaimana di dalam Al-Qur'an menunjukkan bahwa Tauhid Uluhiyyah ini adalah kunci dari dakwah para rasul, karenanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengutus para rasul yang pertama disampaikan kepada umatnya adalah untuk mentauhidkan (meng-Esa-kan) Allāh dan mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allāh Subhānahu wa Ta'āla.


Sebagaimana yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla sebutkan di dalam surat Al-A'rāf ayat 59.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman: 


لَقَدۡ أَرۡسَلۡنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوۡمِهِۦ فَقَالَ يَٰقَوۡمِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنۡ إِلَٰهٍ غَيۡرُهُ


_Dan telah kami utus Nuh kepada kaumnya untuk mengatakan, "Wahai kaumku! Sembahlah Allāh! Tidak ada buat kalian lIlah (sesembahan) selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang harus disembah"._


Hanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan apa yang disampaikan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla kepada para nabi dan rasul yang lainnya dalam beberapa ayat dan surat yang lainnya yang menunjukkan bahwa dakwah yang utama dan awal dakwah para rasul dan nabi adalah untuk menyembah Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 


Begitu pula kalau kita perhatikan banyak kisah-kisah yang ada bagaimana para nabi dan rasul ditentang oleh kaumnya, bahkan ada sebagian mereka dibunuh oleh kaumnya ketika mereka mendakwahkan Tauhid Ubudiyyah ini.


Sebagaimana yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla  katakan di dalam surat Nuh ayat 23 dan 24. Allāh menceritakan bagaimana mereka mengatakan: 


وَقَالُواْ لَا تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمۡ 


_Kaum Nuh mengatakan kepada Nuh dan kepada kaum-kaum yang lainya supaya tidak mengikuti Nuh 'alayhissallām._


لَا تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمۡ


_"Janganlah kalian meninggalkan Tuhan-tuhan kalian dan juga janganlah kalian meninggalkan  Wadda, Suwā’, Yagūṡ, Ya`ūq, dan Nasr dan Tuhan-tuhan yang ada."_


وَقَدۡ أَضَلُّواْ كَثِيرٗاۖ وَلَا تَزِدِ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا ضَلَٰلٗا


Dan mereka telah sesat kebanyakan di antara mereka telah sesat dan tidaklah bertambah kezhaliman mereka kecuali dengan kesesatan-kesesatan yang ada, kezhaliman ketika mereka beribadah kepada selain Allāh padahal Allāh yang telah menciptakan mereka dan menyediakan semuanya.


Karenanya dari kisah-kisah yang ada bahkan kisah Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bagaimana Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam ditentang, dicaci, dimaki, bahkan dipukuli dan sebagainya karena ketika Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyeru umatnya untuk hanya beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 


Karenanya menjadi perhatian kita untuk semakin menekankan dan mempelajari Tauhid Uluhiyyah ini sehingga kita berhati-hati bagaimana kita menyembah Allāh Subhānahu wa Ta'āla dengan cara yang benar tidak menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta'āla di dalam kita beribadah sehingga kita benar-benar mengikhlaskan ibadah kita dan tidak melakukan kesyirikan. 


Sebagaimana yang Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sebutkan di dalam hadīts yang shohīh ketika Rasūlullāh mengatakan:


مَنْ قال لَا إلهَ إلَّا اللهَ ، وكفَرَ بِما يعبُدونَ مِنَ دونِ اللهِ ، حرُمَ مَالُهُ ، ودَمُهُ ، وحسابُهُ على اللهِ عزَّ وجلَّ


_"Barangsiapa yang berkata لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ kemudian dia mengingkari dengan apa-apa yang disembah selain Allāh maka harta, darah Allāh haramkan dan hisab (perhitungan) nya ada  pada tangan Allāh Subhānahu wa Ta'āla."_


Karenanya dengan kita mencoba untuk membersihkan diri kita dari hal-hal yang berbau kesyirikan dan mencoba untuk beribadah hanya Allāh dan menyeru umat supaya beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 


Ini sesuatu yang harus kita coba perhatikan, maka apa salahnya ketika banyak dari para da'i (ustadz) mencoba menyerukan dalam masalah ini, mengingatkan manusia supaya tidak mensyirikan Allāh maka menjadi kewajiban kita untuk selalu perhatian di dalam masalah ini dan mendakwahkan dalam masalah Tauhid ini, 

dan juga lebih perhatian dalam hal ini untuk menjadikan kita semua bagian dari hamba-hamba yang beribadah kepada Allāh dengan penuh keikhlasan dan ke-Esa-an kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 


Namun masih banyak di antara saudara-saudari kita yang menentang dalam masalah ini dengan mengatakan mereka wahabi, dengan mengatakan mereka adalah orang-orang yang sesat, orang-orang yang telah mengingkari tradisi nenek moyang mereka dan sebagainya. Maka jangan heran ketika banyak pertentangan di dalam masalah Tauhid Uluhiyyah ini karena para nabi dan rasul pun juga ditentang habis-habisan dalam masalah ini. 


Maka tinggal bagaimana kita memposisikan diri kita supaya diri kita bisa menyembah Allāh Subhānahu wa Ta'āla dengan cara yang benar dan semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjadikan kita bagian dari hamba-hamba-Nya yang selalu beribadah meng-Esa-kan Allāh Subhānahu wa Ta'āla sesuai dengan apa yang diridhai dan tuntunan oleh Allāh dan Rasul-Nya.


Semoga Allāh mengumpulkan kita semua di dalam Surga Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 


Wallāhu Ta'āla A'lam Bisshowaab.

و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 


____________________

Dalil Tentang Wajibnya Tauhid Uluhiyyah 

 🌍 BimbinganIslam.Com

📆 Kamis, 27 Muharram 1444 H / 25 Agustus 2022 M

👤 Ustadz Mu'tashim, Lc, M.A Hafizhahullāh 

📗 Kitāb Ushulul Imam Karya Kumpulan Para Ulama

🔊 Halaqoh 07 :  Dalil Tentang Wajibnya Tauhid Uluhiyyah 

〰〰〰〰〰〰〰


*DALIL TENTANG WAJIBNYA TAUHID ULUHIYYAH*

بسم الله الرحمن الرحيم 

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله و بعد


Para sahabat Bimbingan Islam yang berbahagia.

Pada pertemuan sebelumnya telah kita ketahui tentang makna Tauhid Uluhiyyah yang ini adalah bagian dan unsur dari bagaimana cara kita beriman kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dengan benar.


Dan sisi dan unsur Tauhid Rububiyyah di mana kita harus percaya bahwa Allāh ada, Allāh mampu dengan segala apa yang dilakukan-Nya yang menunjukkan tentang kebesaran-Nya. 


Kemudian kita juga paham bahwa harus ada konsekuensi dari pengakuan tersebut, bahwa Allāh adalah Dzat Yang Maha Besar. Maka seorang hamba harus menyembah hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, harus berharap, harus cinta dan harus dengan berbagai macam ibadah yang ada, harus diarahkan hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 


_*Maka ini yang paling penting yang harus kita perhatikan* karena banyak diantara manusia (orang-orang kafir Quraisy) pada zaman tersebut mereka percaya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla bahwa Allāh yang menciptakan namun ketika mereka beribadah, mereka masih mengikutkan selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla dalam peribadatan mereka._


Maka kita pun dalam kesempatan ini harus waspada dan berhati-hati supaya kita tidak terjebak sebagaimana mereka (orang-orang kafir Quraisy dan orang-orang zaman Jahiliyyah) melakukannya. 


Karenanya dari sisi Tauhid Uluhiyyah ini kita harus memperhatikannya, supaya benar-benar keimanan kita dengan keimanan yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Allāh dan Rasul-Nya dan tidak melakukan kesyirikan (menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta'āla) dalam perbuatan kita.


Ada sebagian yang mengatakan bahwa Tauhid Uluhiyyah ini adalah Tauhid yang dibikin-bikin tidak ada dasar (dalil) nya. Kita mencoba untuk melihat dalil-dalil tentang Tauhid Uluhiyyah ini, bahwa kita harus dan wajib untuk menjalankan Tauhid Uluhiyyah ini dengan cara yang benar. Apabila kita menginginkan keimanan kita kepada Allāh dengan keimanan yang benar. 


Antara lain apa yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla firmankan di dalam salah ayatnya di dalam surat Al-Baqarah : 21.

Allāh Ta'āla berfirman: 


يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱعۡبُدُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُمۡ وَٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ 


_"Wahai manusia! Sembahlah Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, agar kamu bertakwa."_


Di situ ada perintah ٱعۡبُدُواْ رَبَّكُمُ Sembahlah Tuhan (Rabb) Kalian! 


Kemudian apa yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla sebutkan di dalam surat Adh-Dhāriyāt ayat 56.

Allāh Ta'āla berfirman: 


وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ 


_"Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada Allāh, untuk meng-Esa-kan Allāh Subhānahu wa Ta'āla."_


Kemudian apa yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla katakan di dalam surat Al-Māidah ayat 72.


Allāh Ta'āla berfirman:


إِنَّهُۥ مَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدۡ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِ ٱلۡجَنَّةَ وَمَأۡوَىٰهُ ٱلنَّارُۖ وَمَا لِلظَّٰلِمِينَ مِنۡ أَنصَارٖ 


_"Sesungguhnya barangsiapa yang melakukan kesyirikan kepada Allāh, menyekutukan Allāh, menyembah selain Allāh, beribadah kepada selain Allāh, maka Allāh haramkan baginya Surga dan tempatnya adalah di Neraka."_


Maka orang yang beriman pun, orang yang bersyahadat pun, bisa jadi dia akan terjebak dan terjatuh kepada kesyirikan. Apabila dia tidak perhatian dengan hal-hal yang dilarang oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, sehingga dia melakukan kesyirikan kepada Allāh di dalam macam-macam ibadah yang ada.


Kemudian apa yang Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sebutkan di dalam hadīts yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhāri di dalam Shahīhnya, dari hadīts Mu'ādz bin Jabal radhiyallāhu ta'āla 'anhu. 


Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: 


 يا مُعاذُ، تَدْرِي ما حَقُّ اللهِ علَى العِبادِ؟


_"Wahai Mu'ādz, apakah kamu mengetahui apa hak Allāh Subhānahu wa Ta'āla kepada para hamba-Nya" ?_


قالَ: قُلتُ: اللَّهُ ورَسولُهُ أعْلَمُ


_Mu'ādz berkata: "Allāh dan Rasul-Nya lebih mengetahui."_


قالَ: أنْ يَعْبُدُوا اللَّهَ، ولا يُشْرِكُوا به شيئًا، 


Kemudian Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: _"Sembahlah Allāh dan janganlah melakukan kesyirikan (menyekutukan Allāh) dengan sedikit pun dari makhluk-makhluk-Nya."_


هَلْ تَدْرِي مَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ إِذَا فَعَلُوهُ


_"Apakah kamu mengetahui apa hak mereka atas Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang Allāh mewajibkan atas dirinya sendiri"_? 


قال: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ‏


Mereka menjawab: _"Allāh dan Rasul-Nya lebih mengetahuinya."_


قال رَسُولُ الله


Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: 


 أَنْ لاَ يُعَذِّبَهُمْ ‏


_"Supaya Allāh tidak mengadzab mereka, apabila mereka mentauhidkan Allāh dengan cara yang benar dan tidak melakukan kesyirikan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla."_


Dari sini kita paham.


Dan juga apa yang dikatakan oleh Ibnu Mas'ud radhiyallāhu ta'āla 'anhu bahwa Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: 


مَن مَاتَ وهْوَ يَدْعُو مِن دُونِ اللَّهِ نِدًّا دَخَلَ النَّارَ


_"Barangsiapa mati kemudian dia berdoa kepada selain Allāh dengan menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta'āla maka dia akan masuk ke dalam api Neraka."_


(Hadīts riwayat Al-Bukhāri) 


Dari sini kita paham, bahwa memungkinkan seorang muslim terjatuh kepada kesyirikan, dan memungkinkan pula bahwa ketika dia bermuamalah dan beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla ternyata dia juga melakukan kesyirikan beribadah, berharap, berdoa kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla, ini adalah bagian dari kesyirikan. Allāh haramkan dan Allāh tidak menerima amal berbuatan ini.


Karenanya Tauhid Uluhiyyah ini telah Allāh tetapkan, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam telah tegaskan, supaya manusia (seorang muslim) tidak terjatuh kepada hal yang diharamkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.  


Karena ini adalah unsur yang sangat penting sekali yang harus kita jaga karena Tauhid ini adalah bagaimana kita (seorang hamba) meng-Esa-kan untuk Allāh Subhānahu wa Ta'āla sebagai tanda kita mengakui, meyakini bahwa hanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang berhak disembah.


Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjadikan kita bagian dari hamba-hamba yang mentauhidkan Allāh dan Allāh lindungi dari segala kesyirikan yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla haramkan.


Wallāhu Ta'āla A'lam Bisshowaab.


والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته 


____________________

Makna Tauhid Uluhiyyah dan Pengertiannya

 🌍 BimbinganIslam.Com

📆 Rabu, 26 Muharram 1444 H / 24 Agustus 2022 M

👤 Ustadz Mu'tashim, Lc, M.A Hafizhahullāh 

📗 Kitāb Ushulul Imam Karya Kumpulan Para Ulama

🔊 Halaqah 06 : Makna Tauhid Uluhiyyah dan Pengertiannya

〰〰〰〰〰〰〰


*MAKNA TAUHID ULUHIYYAH DAN PENGERTIANNYA*


بسم الله الرحمن الرحيم 

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته


Para sahabat Bimbingan Islam yang berbahagia.


Pada kesempatan kali ini (insya Allāh) kita akan membicarakan tentang Tauhid Al-Uluhiyyah yang sebelumnya kita telah membicarakan tentang Tauhid Rububiyyah. 


_Tauhid Uluhiyyah ini adalah pelengkap dari keimanan seorang hamba untuk mengagungkan Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang telah menciptakannya, telah menghidupkannya, telah mengaturnya dan sebagainya._


Sebagaimana telah kita ketahui bahwa Tauhid Uluhiyyah ini adalah keterkaitan dengan perbuatan hamba di dalam menyakini dan menyikapi dengan kebesaran Allāh Subhānahu wa Ta'āla, sehingga diharapkan seorang hamba hanya menyembah kepada Allāh, hanya taat kepada Allāh dan sebagainya.


Kata Al-Uluhiyyah (الألوهية) diambil dari kata Al-Ilah (الإله) atau Allāh (الله) yang mengandung makna yang disembah dan ditaati.


Dengan pengertian ini seorang hamba hendaknya menyembah, mentaati, tunduk, dengan apa yang ada di dalam hati dan sikapnya hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.


Karena memang Allāh Subhānahu wa Ta'āla sendiri yang telah menciptakan, mengatur, menentukan, menghidupkan dan sebagainya. 


Sehingga pantaslah Allāh Subhānahu wa Ta'āla meminta para hambanya untuk meng-Esa-kan seluruh macam ibadah yang ada hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 


_Sehingga Tauhid Uluhiyyah ini adalah bagaimana seorang hamba meng-Esa-kan Allāh Subhānahu wa Ta'āla di dalam ibadahnya, sehingga seorang hamba mengetahui dan meyakini, dengan sepenuhnya bahwa Allāhlah satu-satunya yang berhak untuk diibadahi._


Maka seorang hamba harus menjadikan shalat, zakat, puasa, haji, amar ma'ruf nahi mungkar, ketaatan kepada orang tua, silaturahim dan segala macam-macam ibadah lainnya, semuanya harus diarahkan hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 


Inilah maksud dari Tauhid Uluhiyyah.


Bagaimana seorang hamba bersikap dihadapan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, di mana Allāh meminta kepada para hamba-Nya hanya Allāhlah yang berhak untuk ditaati.


Karena banyak diantara manusia yang melakukan kesyirikan, karenanya diharapkan seorang hamba meng-Esa-kan dengan peng-Esa-an yang benar terhadap Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 


Maka tidak ada salahnya Allāh meminta semua ini, karenanya seorang hamba ketika dia berusaha untuk beriman kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dengan cara yang benar tidak hanya dalam masalah Tauhid Rububiyyah namun dalam masalah Tauhid Uluhiyyah. 


Karena Tauhid Uluhiyyah ini sebagai pembuktian dia dengan apa yang telah diakui

dari Tauhid Rububiyyah, maka harus dibuktikan dengan sikap seorang hamba dihadapan Allāh Subhānahu wa Ta'āla dalam kesehariannya.


Dan kita selalu berharap Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjaga kehidupan kita, keluarga kita dan orang-orang yang ada di sekitar kita untuk mentauhidkan Allāh (meng-Esa-kan) Allāh dengan sebenar-benarnya. Sehingga Allāh Subhānahu wa Ta'āla akan memasukan kita ke dalam Surga-Nya.


Wallāhu Ta'āla A'lam Bisshowaab.


و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 


____________________

Halaqah 04:  Tauhid Rububiyyah Saja Tidak Cukup

 🌍 BimbinganIslam.Com

📆 Senin, 24 Muharram 1444 H / 22 Agustus 2022 M

👤 Ustadz Mu'tashim, Lc, M.A Hafizhahullāh 

📗 Kitāb Ushulul Imam Karya Kumpulan Para Ulama

🔊 Halaqah 04:  Tauhid Rububiyyah Saja Tidak Cukup

〰〰〰〰〰〰〰


*TAUHID RUBUBIYYAH SAJA TIDAK CUKUP* 


بسم الله الرحمن الرحيم 

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله و بعد 


 

Para sahabat Bimbingan Islam yang berbahagia.


Pada pertemuan sebelumnya telah kita bahas terkait dengan dalil Rububiyyah, baik dalil secara akal maupun dalil dari Al-Qur'an dan As-Sunnah mengenai peng-Esa-an Allāh Subhānahu wa Ta'āla terhadap apa yang dilakukan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, untuk memahami, meyakini bahwa Allāh-lah satu-satunya Dzat yang Maha segalanya.


Namun para hamba Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang berbahagia, bahwa Tauhid Rububiyyah pengakuan dan peng-Esa-an Allāh terhadap ini tidaklah cukup, kalau seandainya tidak dibarengi dengan Tauhid Uluhiyyah. 


Yang kita ketahui bahwa unsur Iman kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla para ulama mencoba untuk merincikannya, mendetailkannya sehingga bisa memahamkan dalam diri kita bahwa bagaimana cara kita Meng-Esa-kan Allāh Subhānahu wa Ta'āla harus dengan tiga unsur ini baik dari sisi Rububiyyah Allāh, Uluhiyyah Allāh dan Asma wa Shifat Allāh yang ini adalah satu kesatuan untuk menjadikan Allāh Subhānahu wa Ta'āla sebagai Rabb dan juga sebagai Tuhan untuk kita sembah dengan nama dan sifat-sifat Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang Maha Agung.


Karenanya, kalau seandainya manusia (seorang muslim) hanya mentauhidkan Allāh dari sisi pengakuan dan pengEsaan Allāh, bahwa Allāh-lah yang menciptakan, Allāh-lah yang mengatur, Allāh-lah yang memberikan rezeki, Allāh-lah mematikan, Allāh-lah yang menghidupkan. 


Dari sisi perbuatan Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan pengagungan ini saja tanpa dibarengi dengan amalan seorang hamba untuk meng-Esa-kan Allāh, untuk menyembah hanya kepada Allāh, untuk mencintai hanya kepada Allāh, untuk tidak meminta kecuali hanya kepada Allāh, maka Tauhid Rububiyyah ini tidaklah cukup.


Apa yang melatar belakangi dengan penyataan ini, yang harus Tauhid seseorang, Tauhid Rububiyyah seseorang, harus dilandasi dengan Tauhid Uluhiyyah sebagaimana yang telah disebutkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla di dalam beberapa ayat-Nya.


Di antaranya apa yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla sebutkan di dalam surat Yusuf ayat 106.


Allāh katakan: 


وَمَا يُؤۡمِنُ أَكۡثَرُهُم بِٱللَّهِ إِلَّا وَهُم مُّشۡرِكُونَ 


_"Dan tidaklah kebanyakan dari mereka beriman kepada Allāh, kecuali mereka dalam keadaan berbuat syirik."_


Maknanya, bahwa mereka mengakui bahwa Allāh-lah yang menciptakan, Allāh-lah yang memberikan rezeki, Allāh-lah yang mengatur segala sesuatu yang ada, dari Tauhid Rububiyyah yang telah kita jelaskan sebelumnya. 


Namun sayangnya mereka masih melakukan kesyirikan bersama Allāh dengan makhluk-makhluk Allāh Subhānahu wa Ta'āla,  dari berhala-berhala (patung-patung) yang ada, yang mereka tidak bisa memberikan  manfaat dan mudharat, tidak bisa memberikan sesuatu dan mencegah sesuatu. Namun mereka masih meminta dan menyembah kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 


Dan ini yang dinyatakan oleh banyak para ahli tafsir di dalam menafsirkan ayat tersebut, di antaranya apa yang telah dikatakan oleh Ibnu Abbas radhiyallāhu ta'āla 'anhumā. 


Di mana beliau mengatakan: 


من إيمانهم إذا قيل لهـم مـن خلـق السماء، ومن خلق الأرض ومن خلق الجبال ؟


_"Dari keimanan mereka (orang-orang musyrik) apabila dikatakan kepada mereka siapa yang menciptakan langit dan bumi dan siapa yang menciptakan gunung?"_


 قالوا: الله 


_Mereka mengatakan, "Allāh"._ 


وهم مشركون 


Namun mereka dalam keadaan berbuat kesyirikan. 


Mereka masih menyembah selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan yang lainnya dari penafsiran-penafsiran para sahabat dan para ulama mengenai ayat tersebut, bahwa tidaklah kebanyakan mereka kecuali mereka di samping menyembah Allāh (mengakui Rububiyyah Allāh) namun mereka masih melakukan kesyirikan menyembah kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla.


Dan juga apa yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla telah katakan di dalam salah satu ayatnya surat Al-Ankābut ayat 61.


Allāh Ta'āla berfirman: 


وَلَئِن سَأَلۡتَهُم مَّنۡ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ وَسَخَّرَ ٱلشَّمۡسَ وَٱلۡقَمَرَ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُۖ فَأَنَّىٰ يُؤۡفَكُونَ 


_Senada dengan apa yang di atas, ketika ditanya kepada mereka, "Siapa yang menciptakan ini semua dari langit, dari bumi dan yang menundukkan matahari, bulan?"._


Mereka mengatakan, "Allāh"


Namun kenapa mereka mendustakan dan menyembah kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla? 


Karenanya (hendaknya) di dalam mentauhidkan Allāh, harus mencakup tiga hal yang tadi telah kita sebutkan. Tidak hanya pengakuan kepada apa yang telah dilakukan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla dengan kebesarannya, namun juga harus berkaitan dengan Tauhid Uluhiyyah.


Tauhid Uluhiyyah, tauhid yang berkaitan dengan perbuatan hamba. Bagaimana hamba bersikap kepada Allāh, bagaimana hamba menyembah hanya kepada Allāh, bagaimana hamba memperlakukan Allāh Subhānahu wa Ta'āla sebagai tanda untuk mengakui bahwa Allāh-lah yang Maha segalanya yang harus ditunjukkan dengan perbuatan seorang hamba kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 


Insya Allāh kita akan mempelajari, membahas tentang Tauhid Uluhiyyah ini, sehingga keimanan kita kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dengan keimanan yang baik, yang benar sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Allāh dan Rasul-Nya, bukan hanya sekedar dengan apa yang kita inginkan.


Semoga Allāh berikan manfaat dan keberkahan dalam kehidupan kita dan Allāh berikan hidayah kepada kita semua.


Wallāhu Ta'āla A'lam wa Bishawab.


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 


____________________

Hadist #37 | MUSIBAH DAN UJIAN ADALAH SUNNATULLAH BAGI PARA HAMBA

 📗 _*Fawaid Hadist Bimbingan Islam*_

🔊 _*Hadist #37 | MUSIBAH DAN UJIAN ADALAH SUNNATULLAH BAGI PARA HAMBA*_

 

 •┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•


وَعَنْ أبي هُرَيْرةَ رَضِيَ اللَّهُ عنه قال : قال رسولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « مَا يَزَال الْبَلاءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمؤمِنَةِ في نَفْسِهِ وَولَدِهِ ومَالِهِ حَتَّى يَلْقَى اللَّه تعالى وَمَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ» رواه التِّرْمِذيُّ وقال : حديثٌ حسنٌ صحِيحٌ .


Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu berkata: Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda: 

_“Cobaan itu akan senantiasa bersama orang yang beriman baik laki laki ataupun perempuan baik berkaitan dengan dirinya, anaknya ataupun hartanya sampai dia berjumpa dengan Allah tanpa membawa dosa.”_ 


(HR. At-Tirmidzi no. 2399, Imam Tirmidzi berkata, hadis ini hasan shahih).


•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•

 

📝 _*FAEDAH HADIST*_


1️⃣ Pelajaran berharga bahwa musibah dan ujian itu merupakan sunnatullah yang berlaku atas para hamba


2️⃣ Siapa saja yang sudah menyatakan dirinya beriman maka dia pasti akan mendapatkan cobaan dan ujian. Hal ini juga ditegaskan dalam sebuah ayat:


أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُون


_“Apakah manusia itu mengira bahwasanya mereka akan dibiarkan begitu saja setelah mengucapkan Kami beriman sementara mereka tidak akan mendapatkan cobaan dan ujian” (QS. Al ‘Ankabuut: 2)_


3️⃣ Musibah dan ujian yang dialami seorang muslim itu bermacam-macam adakalanya berkaitan dengan dirinya, anak keturunannya atau harta benda yang dimilikinya, dan kabar gembira (akhir bahagia) itu adalah bagi orang yang bersabar dalam menghadapi semua itu. Allah Ta’ala berfirman:


وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأَمْوَالِ وَالأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِين


_“Dan sungguh Kami (Allah) akan memberikan cobaan kepada kalian dengan sedikit dari rasa takut, kelaparan, berkurangnya harta, jiwa dan buah buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah: 155)_


4️⃣ Penjelasan tentang salah satu aqidah ahlus sunnah wal jama’ah, yaitu perjumpaan dengan Allah Ta’ala.


5️⃣ Salah satu aqidah ahlus sunnah wal jama’ah adalah bahwasnya Allah Ta’ala bisa dilihat kelak di akhirat. Adapun di dunia maka tidak ada seorang pun yang bisa melihat Allah Ta’ala.


6️⃣ Hikmah dari cobaan dan ujian bagi seorang yang beriman adalah sebagai penghapus dosa juga pelebur kesalahan.


7️⃣ Keutamaan orang yang beriman dimana ujian dan cobaan yang diberikan Allah ‘Azza wa Jalla kepadanya itu bukan sebagai siksaan dan adzab melainkan sebagai penghapus dosa. Hal ini berbeda dengan orang yang tidak beriman, 

cobaan dan musibah yang Allah Ta’ala berikan kepada mereka itu sebagai hukuman dan siksaan yang disegerakan di dunia di samping adzab dan siksaan yang lebih berat dan kekal di akhirat selama mereka tidak bertaubat sebelum meninggal.


8️⃣ Rahmat kasih sayang Allah ‘Azza wa Jalla yang begitu luas dan besar terhadap hamba-hamba-Nya yang beriman.


Wallahu Ta’ala A’lam.

 

_*Referensi:* Syarah Riyadhus Shalihin karya syaikh Shalih al Utsaimin rahimahullah dan Kitab Bahjatun Naadziriin Syarh Riyaadhish Shaalihiin karya Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilali_


👤 Ustadz Fadly Gugul S.Ag

✒️ _Yogyakarta, 21 Muharram 1444H / 19 Agustus 2022M_


🌍 https://bimbinganislam.com/fawaid-hadist-37-musibah-dan-ujian-adalah-sunnatullah-bagi-para-hamba/

DALIL AKAL, AKAN TAUHID RUBUBIYYAH

 🌍 BimbinganIslam.Com

📆 Jum'at, 21 Muharram 1444 H / 19 Agustus 2022 M

👤 Ustadz Mu'tashim, Lc, M.A Hafizhahullāh 

📗 Kitāb Ushulul Imam Karya Kumpulan Para Ulama

🔊 Halaqah 03:  Dalil Akal, Akan Tauhid Rububiyyah

〰〰〰〰〰〰〰


*DALIL AKAL, AKAN TAUHID RUBUBIYYAH* 


بسم الله الرحمن الرحيم 

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

 

Para sahabat Bimbingan Islam yang berbahagia.

Pada pertemuan sebelumnya telah kita pelajari tentang makna Tauhid Rububiyyah kepada Allah Subhānahu wa Ta'āla dengan dalil dari Al-Kitab dan As-Sunnah. 

Maka pertemuan kali ini kita mencoba untuk mempelajari tentang Tauhid Rububiyyah berdasarkan dalil menurut akal manusia, untuk menguatkan tentang peng-Esa-an Allāh Subhānahu wa Ta'āla dengan Rububiyyah Allāh, dengan apa yang dilakukan oleh Allāh. 


Yang menunjukkan kebesaran Allāh Subhānahu wa Ta'āla, Dia sebagai Tuhan, Dia sebagai pencipta, Dia sebagai pengatur, Dia sebagai pemilik, Dia sebagai Dzat yang ditaati, dan sebagainya. Yang menunjukkan tentang kebesaran Allāh Subhānahu wa Ta'āla di sisi ketuhanan Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan dengan apa yang dilakukannya sebagai Dzat yang Maha segalanya.


Ada dalil akal yang menunjukkan tentang wujudnya Allāh dan ke-Esa-an Allāh Subhānahu wa Ta'āla di dalam Rububiyyah Allāh Subhānahu wa Ta'āla, yang menunjukkan atas kesempurnaan Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan kekuasaan Allāh terhadap para makhluknya.


Di antaranya: 


_⑴ Dengan cara melihat ciptaan Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang ada di dalam diri kita, kita sebagai manusia, kita sebagai makhluk Allāh yang paling mulia, bila bertaqwa kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla ternyata di dalam diri manusia banyak ayat-ayat Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang menunjukkan tentang Rububiyyah Allāh._


Sebagaimana yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla katakan di dalam surat Adh-Dhāriyāt ayat 21.


Allāh berfirman:


وَ فِيٓ أَنفُسِكُمۡۚ أَفَلَا تُبۡصِرُونَ 


_"Dan apa yang ada di dalam diri kalian, mengapa kalian tidak mau melihat dan mengambil ibrah?"._


Mengambil sesuatu untuk kalian bisa bertambah keimanan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 


Kemudian apa yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla katakan di dalam surat Asy-Syam: 7.


Allāh berfirman: 


وَنَفۡسٖ وَمَا سَوَّىٰهَا 


_"Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan) nya"._


Allāh bersumpah dengan beberapa makhluknya di antaranya terhadap jiwa manusia dan kesempurnaan pencipta Allāh Subhānahu wa Ta'āla.


Dengan jiwa yang ada ini, _maka ini adalah dalil akal,_ pergunakan akal kita untuk membuktikan, menambah keimanan kita, kepercayaan kita, bahwa Allāhlah satu-satunya Dzat yang Maha menciptakan, karena sungguh keajaiban yang ada di dalam diri manusia dari otonomi tubuh dari sifat-sifat yang dimiliki oleh manusia dan sebagainya.


Maka lihatlah! Dan jadikan itu sebagai modal untuk beriman kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.


_⑵ Dengan melihat alam yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla ciptakan yang ada di luar tubuh manusia._


Sebagaimana firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla: 


سَنُرِيهِمْ ءَايَـٰتِنَا فِى ٱلْـَٔافَاقِ وَفِىٓ أَنفُسِهِمْ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ ٱلْحَقُّ


_"Kami akan perlihatkan (tunjukkan) tanda-tanda terhadap alam yang ada dan apa yang ada di dalam tubuh manusia, sehingga jelas dalam diri mereka bahwa Allāhlah Dzat yang benar, Dzat yang telah menciptakan dan mengatur segalanya, dan kebenaran ada pada sisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla." (QS. Fushshilat : 53)_


Karenanya ketika ada kelompok manusia yang menginginkan untuk melihat tanda-tanda Rububiyyah Allāh Subhānahu wa Ta'āla, untuk menetapkan Tauhid Rububiyyah Allāh Subhānahu wa Ta'āla, disebutkan dalam sebagian atsar. Bahwa ada suatu kaum yang menginginkan untuk membahas tentang dalil penetapan Tauhid Rububiyyah bersama Imam Abu Hanifah.


▫️_Maka Imam Abu Hanifah rahimahullāhu ta'āla mengatakan, sebelum membahas itu:_


أخبروني قبل أن نتكلم في هـذه المسألة عن سفينة في دجلة تذهب فتمتلئ من الطعام وغيره بنفسها وتعـود بنفسها، فترسو بنفسها وترجع، كل ذلك من غير أن يديرها أحد ؟ 


_"Sebelum membahas ini kabarkan kepadaku tentang kapal yang berada di Dajlah (nama suatu tempat) yang pergi dan mengisi dirinya sendiri dengan makanan dan hal-hal lain dan kembali dengan sendirinya (dia berjalan, dia kembali sendiri), semua ini tanpa ada yang mengatur, bagaimana menurut kalian?"_


Maka mereka mengatakan: 


 هذا محال لا يمكن أبدا. فقال لهم: إذا كان هـذا محـالا في سفينة فكيف في هذا العالم كله علوه وسفله ؟ 


_"Ini sesuatu yang mustahil, tidak mungkin terjadi tanpa ada seorang pun yang mengaturnya."_


Kemudian Imam Abu Hanifah mengatakan kepada mereka: 


إذا كان هـذا محـالا في سفينة فكيف في هذا العالم كله علوه وسفله ؟


_"Apabila ini tidak mungkin, sebuah kapal berjalan sendiri lalu kembali sendiri (tidak ada seorang pun yang mengatur). Lalu bagaimana dengan alam ini (seluruhnya) baik yang di atas maupun di bawah tanpa ada yang mengatur apakah ini sesuatu yang mustahil?"_


Ini menunjukkan bahwa Allāhlah satu-satunya Dzat yang mencipta, mengatur, memiliki dan menguasai apa yang ada di alam ini. 


Maka dua dalil akal ini yang menunjukkan tentang Tauhid Rububiyyah bahwasanya di sana ada yang menciptakan, di sana ada yang mengatur, di sana ada yang menguasai. Tidak lain kecuali Allāh Subhānahu wa Ta'āla.


Semoga bermanfaat.


Wallāhu Ta'āla A'lam Bisshowab.


و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 


____________________

MAKNA TAUHID RUBUBIYYAH DAN DALILNYA

 🌍 BimbinganIslam.Com

📆 Kamis, 20 Muharram 1444 H / 18 Agustus 2022 M

👤 Ustadz Mu'tashim, Lc, M.A Hafizhahullāh 

📗 Kitāb Ushulul Imam Karya Kumpulan Para Ulama

🔊 Halaqah 02: Makna Tauhid Rububiyyah, dan Dalilnya

〰〰〰〰〰〰〰


*MAKNA TAUHID RUBUBIYYAH DAN DALILNYA*


بسم الله الرحمن الرحيم 

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته


Para sahabat Bimbingan Islam yang berbahagia.

Pada pertemuan sebelumnya telah kita pelajari tentang pondasi utama keimanan adalah beriman kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 


Pada pertemuan kali ini kita akan mempelajari tentang Tauhid Rububiyyah Makna dan Dalilnya. 


*Secara bahasa* kata Ar-Rabbu (الرب) yang berarti mengandung makna Al-Mālik (المالك) yang memiliki, tuan yang ditaati (السيد المطاع) dan yang memperbaiki (الـمُصْلِح). Ar-Rabb (الرب) juga mengandung makna yang menciptakan (الخلق) ini secara bahasa._


_*Secara istilah adalah* mentauhidkan Allāh di dalam Rububiyyah Allāh (maksudnya) adalah meng-Esa-kan Allāh dengan setiap apa yang telah dilakukan oleh Allāh yang menunjukkan kebesaran dan keagungan Allāh._


Yang artinya seorang mukmin harus yakin bahwa Allāh-lah yang menciptakan, Allāh-lah yang memiliki, Allāh-lah yang mengatur, Allāh-lah yang harus ditaati, Allāh-lah yang menghidupkan dan sebagainya.


Dari sini kita paham sekali bahwa seorang muslim dengan dasar keimanan yang kuat dan benar harus mempercayai seperti ini, bahwa hanya Allāh-lah yang bisa melakukan semua itu.


Kemudian apa dalil Tauhid Rububiyyah ini? 


Sebagaimana yang telah Allāh Subhānahu wa Ta'āla sebutkan di dalam banyak dalil-dalil yang ada, yang termudah adalah apa yang sering kita baca setiap hari.


Firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:


ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ 


_"Segala puji bagi Allāh, Tuhan seluruh (semesta) alam." (QS. Al-Fātihah: 2)_


Segala puji hanya milik Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dia-lah رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ Dia-lah yang Menciptakan, Dial-ah sebagai tuan, Dia-lah yang Memiliki, Dia yang Mengatur seluruh alam ini.


Kemudian apa yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla katakan di dalam surat Ath-Thur ayat 35.


Allāh berfirman:


أَمۡ خُلِقُواْ مِنۡ غَيۡرِ شَيۡءٍ أَمۡ هُمُ ٱلۡخَٰلِقُونَ 


_"Apakah mereka diciptakan tanpa ada sesuatu yang menciptakan?"_


أَمۡ هُمُ ٱلۡخَٰلِقُونَ


_"Apakah mereka manusia, benda-benda yang ada, mereka menciptakan dirinya sendiri?"_


Maka tentunya jawabannya, "TIDAK".


Yang menciptakan adalah Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 


Kemudian apa yang disebutkan di dalam Sunnah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, di dalam hadīts yang marfu' yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad.


Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: 


السيد الله تبارك وتعالى


_"Tuan dan Maha dituankan hanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla."_


Tuhan yang harus ditaati para makhluknya.


Dari sini para hamba Allāh, sahabat Bimbingan Islam yang berbahagia.


Mari kita mencoba untuk meng-Esa-kan Allāh, hanya Allāh yang kita jadikan, kita yakini, Allāh-lah yang menciptakan ini semua, Allāh yang mengatur ini semua, Allāh yang memiliki ini semua, Allāh yang telah mentakdirkan ini semua.


Dengan keyakinan seperti ini bahwa bukan selain Allāh yang memiliki hak ini, yang bisa melakukan ini, maka insya Allāh Tauhid Rububiyyah kita adalah Tauhid Rububiyyah yang benar yang sesuai dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah.


Semoga bermanfaat.


Wallāhu Ta'āla A'lam Bisshawab.


و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 


____________________

Syirik Dalam Nama & Sifat Allah Serta Contohnya Dalam Kehidupan

   Beranda / Artikel Aqidah Artikel Manhaj Syirik Dalam Nama & Sifat Allah Serta Contohnya Dalam Kehidupan Bimbingan Islam 2 hours yang ...